Please feel free to quote part of information provided here, with an acknowledgment to the source.

28.2.07

Tentang Katalog Naskah Ali Hasjmy Aceh

Oman Fathurahman

Pada Januari 2007 lalu, hasil kerja keras Tim Katalogisasi Naskah-naskah koleksi Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy (YPAH) Banda Aceh telah diterbitkan di Tokyo. Katalog ini melengkapi ratusan katalog naskah Nusantara yang telah mulai disusun sejak lebih dari satu abad yang lalu.

Saya patut mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Dr. Yumi SUGAHARA di Tokyo, yang telah bekerja keras agar hasil katalogisasi naskah-naskah koleksi Yayasan Ali Hasjmy dapat segera terbit dan dimanfaatkan oleh khalayak luas.

Seperti halnya katalog-katalog naskah yang pernah terbit, penyusunan katalog naskah koleksi Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy Aceh ini bertujuan untuk membantu para peneliti naskah dalam upaya penelusuran sumber-sumber tertulis Nusantara.

Selama ini, Aceh diketahui menyimpan banyak naskah-naskah bersejarah, khususnya yang bersifat keagamaan, akan tetapi akses terhadapnya relatif masih terbatas. Selain karena faktor-faktor sosial politik sebelumnya yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu wilayah konflik, kurang tersedianya sumber informasi yang tersebar luas juga menjadi salah satu sebab keterbatasan akses tersebut. Oleh karenanya, penerbitan katalog ini diharapkan dapat semakin membuka akses terhadap sumber-sumber tertulis di Aceh tersebut.


Memang, katalog ini pasti belum sampai ke tangan semua pembaca yang mungkin membutuhkannya. Saya akan mencoba sedikit memberikan gambaran tentang isi katalog tersebut.

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan, YPAH menyimpan 232 (dua ratus tiga puluh dua) bundel naskah dengan 314 (tiga ratus empat belas) teks di dalamnya. Hampir keseluruhan naskah koleksi YPAH ini bersifat keagamaan, dengan kategorisasi sebagai berikut:

a. naskah-naskah Al-Quran, sebanyak 23 teks (7 %);
b. naskah-naskah Hadis, sebanyak 7 teks
(2 %);
c. naskah-naskah Tafsir, sebanyak 7 teks
(2 %);
d. naskah-naskah Tauhid, sebanyak 41 teks
(13 %);
e. naskah-naskah Fikih, sebanyak 74 teks
(24 %);
f. naskah-naskah Tasawuf, sebanyak 47 teks
(15 %);
g. naskah-naskah Tatabahasa, sebanyak 50 teks
(16 %);
h. naskah-naskah Zikir dan Doa, sebanyak 22 teks
(7 %);
i. naskah-naskah Hikayat, sebanyak 15 teks
(5 %); serta
j. naskah Lain-lain, sebanyak 28 teks
(9 %);


Adapun dari segi bahasa, naskah-naskah koleksi YPAH ini menggunakan tiga bahasa, yakni: bahasa Arab (45 %), bahasa Melayu
(45 %), dan bahasa Aceh (10 %). Selain teks berbahasa Arab yang ditulis dalam huruf Arab, semua teks yang berbahasa Melayu dan Aceh ditulis dalam huruf Jawi, karena dalam tradisi tulis Nusantara, Aceh memang tidak memiliki huruf tersendiri.

Dalam kenyataannya, pemilahan masing-masing naskah ke dalam tiga bahasa tersebut seringkali tidak dapat dilakukan secara ketat, karena dalam naskah-naskah Melayu dan Aceh pun hampir selalu terdapat kalimat-kalimat dalam bahasa Arab.

Sejauh penelitian yang dilakukan, naskah-naskah koleksi YPAH ini menggunakan beragam cap kertas (watermark), dan yang terbanyak di antaranya adalah: Crescent, disusul kemudian Man in the Moon, Pro Patria, serta sebagian kecil Goey M de, Crown, Grapes, Lion in Medallion, dan Horn. Semua kertas dengan
watermark seperti ini umumnya dibuat pada abad ke 19. Meski cukup membantu untuk mengetahui usia kertasnya, tapi informasi melalui cap kertas ini sesungguhnya tidak cukup untuk mengetahui secara pasti usia teks yang tertulis di atasnya.

Dalam katalog ini, setiap deskripsi teks didahului oleh kolom-kolom yang berisi penjelasan tentang judul teks, kode naskah baru, kode naskah lama, bahasa yang digunakan, jumlah halaman, jenis kertas yang digunakan, bentuk teks, ukuran naskah dalam centimeter, serta jumlah baris rata-rata per halaman.

Di bawah kolom-kolom di atas dikemukakan deskripsi naskah secara menyeluruh yang mencakup nama pengarang, penyalin, waktu serta tempat penulisan dan penyalinannya, keterangan fisik naskah, cap kertas, ringkasan isi, serta sejumlah keterangan tambahan. Akan tetapi, karena informasi tentang butir-butir di atas tidak selalu dijumpai, maka dalam beberapa naskah, deskripsinya hanya mencakup sedikit keterangan saja.

Seperti halnya pengelompokan bahasa naskah yang tidak dapat dilakukan secara ketat, kategorisasi kandungan isi naskah juga harus difahami tidak secara kaku. Memang, untuk kelompok naskah tertentu, seperti tata bahasa misalnya, pengelompokannya dapat dilakukan dengan mudah dan pasti.

Akan tetapi, dalam contoh naskah yang dikategorikan sebagai naskah Tasawuf misalnya, dalam beberapa hal dapat juga dimasukkan ke dalam kelompok naskah Tauhid, karena sama-sama membahas masalah ketuhanan, atau kadang-kadang ke dalam kelompok naskah Fikih, karena dalam karya tasawuf tersebut juga seringkali dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah fikih. Dalam hal ini, pertimbangan yang digunakan adalah proporsi pembahasan yang dikemukakan; jika pembahasannya lebih cenderung pada masalah fikih, maka naskah tersebut dimasukkan ke dalam kategori naskah Fikih. Demikian seterusnya.

Salah satu sifat dari naskah-naskah koleksi YPAH adalah banyaknya karangan yang telah tercecer serta hilang bagian awal dan akhirnya, sehingga tidak ditemukan informasi judul teks atau penulisnya; dalam hal ini, pemberian judul didasarkan pada pertimbangan kandungan isi dalam lembaran-lembaran yang tersisa saja.

Dalam contoh kelompok naskah Fikih misalnya, seringkali sebuah teks diberi nama [Fikih Ibadah], karena dalam lembaran-lembaran yang ada mengemukakan masalah-masalah hukum ibadah, seperti bersuci, shalat, puasa, dll; sementara sebuah naskah fikih lain diberi judul [Fikih Muamalah], karena dalam lembaran-lembaran yang ada mengemukakan masalah-masalah hukum bermasyarakat, atau ada juga naskah yang diberi judul [Fikih Siyasat], karena dalam lembaran-lembaran yang ada mengemukakan masalah-masalah hukum berpolitik.

Tentu saja tidak tertutup kemungkinan bahwa jika telah diketahui edisi lengkapnya, sebuah naskah yang diberi judul [Fikih Ibadah] sebetulnya mengandung juga pembahasan masalah-masalah kemasyarakatan atau bahkan politik, sehingga judul yang diberikan menjadi tidak berlaku lagi. Hal ini tentu membutuhkan pekerjaan tersendiri. Demikian seterusnya terjadi dalam kategori naskah yang lain, seperti naskah Tatabahasa yang banyak memiliki masalah serupa.

Penyusunan urutan naskah dalam katalog ini didasarkan pada logika keterkaitan satu naskah dengan naskah yang lain. Jika sebuah naskah merupakan penjelasan (sharh) dari naskah lainnya, maka naskah tersebut ditempatkan dalam urutan terkemudian dari naskah yang dijelaskannya tersebut. Sebagai contoh, naskah nomor 38/TB/23/YPAH/2005, dan tiga salinan naskah berikutnya, yang berjudul al-Nahja al-Mardiyya fī Sharh Alfiyya adalah merupakan sharh atas naskah lain berjudul Alfiyya ibn Malik; oleh karenanya ditempatkan setelah enam buah salinan naskah yang berjudul Alfiyya ibn Malik tersebut.

Logika urutan seperti ini juga berlaku untuk naskah yang bukan merupakan sharh, tetapi penulisannya terilhami oleh naskah lain. Sebagai contoh adalah naskah nomor 60/FK/7/YPAH/2005 berjudul Sabil al-Muhtadin li al-Tafaqquh fī Amr al-Din karangan Muhammad Arsyad ibn Abdillah al-Banjari. Dalam naskah tersebut, al-Banjari jelas mengatakan bahwa penulisan karyanya ini diilhami oleh popularitas kitab Sirat al-Mustaqim karangan Nuruddin al-Raniri. Oleh karenanya, beberapa salinan naskah
Sabil al-Muhtadin ditempatkan dalam urutan setelah Sirat al-Mustaqim tersebut. Demikian seterusnya dalam kategori naskah yang lain.

Secara pribadi, saya sebagai salah seorang penyusun mengucapkan terima kasih tak terhingga atas dukungan penuh semua anggota Tim Katalogisasi yang terlibat, baik dalam upaya penghimpunan data di lapangan, maupun dalam mendeskripsikan naskah-naskahnya.

Terima kasih juga untuk Professor Wieringa di Malaiologie, Cologne University, yang telah memberikan saran dan masukan sebelum draft katalog ini diterbitkan, dan atas kesediannya menulis pengantar untuk katalog ini.

Saya juga tidak mungkin memiliki waktu leluasa untuk menyempurnakan katalog ini dengan cepat, jika saya tidak mendapat kehormatan menjadi research fellow dari The Alexander von Humboldt-Stiftung sejak Juni 2006 lalu.

Kawan saya, Jajat Burhanudin, membuat katalog ini sedikit berbeda dengan katalog-katalog naskah yang pernah terbit, atas artikel pendahuluannya tentang "Naskah dan Tradisi Intelektual Keagamaan di Aceh".

Rasanya tidak sempurna kalau saya tidak menyebut Professor Henri Chambert-Loir, orang yang untuk pertama kalinya membukakan cakrawala dunia pernaskahan Nusantara, dan memberikan banyak kesempatan untuk "berkarir" dalam bidang ini. Terima kasih, Pak Henri.


Tulisan terkait:
Katalogisasi Naskah Ali Hasjmy Aceh
Pengantar Prof. Wieringa

6 Kommentare:

Mohammad Solihin said...

Kok kenal ama Amiq?
Ceritanya gimana kenal ama Amiq? Jadi penasaran pengin tahu.

Di lembaga LPAM Surabaya Amiq sebagai Sekretaris Executive sementara
direkturnya LPAM Prof. DR. Achmad Jaenuri, MA.
Proyek MIPES INDONESIA merupakan proyek Amiq yang dapat dana
penelitian dari The British Library London, UK.
Kontrak saya hanya sampai April besok untuk proyek ini sebagai
fotografer dan image editor.

Anonymous said...

Wah, ceritanya panjang...! Saya peneliti di PPIM UIN Jakarta, dulu punya kegiatan KKM dan bekerja sama dengan lembaga-lembaga di daerah: di Jatim ya LPAM itu, juga dengan Ahmad Nur Fuad. Belakangan suka ketemu Amiq kalau saya ngisi workshop pernaskahan di Jakarta.

Anonymous said...

Salam Dr Oman
Saya tertarik dengan katalog diatas. Apakah ada tajuk Haqqul Yaqin fi Aqidat al-Muhaqqiqin tulisan Syamsuddin? Saya sedang melakukan riset S3 teks ini di ISTAC.

Apakah Dr Oman punya alamat emel? Alamat saya mnasrin@hotmail.com

terima-kasih
Mohamad Nasrin
ISTAC, MALAYSIA

Oman Fathurahman said...

Saudara Muhamad Nasrin,
Terima kasih atas kunjungannya. Sayang sekali dalam koleksi Ali Hasjmy tidak terdapat naskah Haqqul Yaqin itu. Saya sangat mendorong penelitian tentang karya-karya Syamsuddin karena selama ini pemikirannya lebih sering disamakan dengan Hamzah Fansuri saja.

Anonymous said...

slahkan lihat di sini ada buku pengajian tubuh tarikek sattariyah bisa di pesan!

http://buyakita.blogspot.com/2010/02/doa-dan-hikmah-pernikahan.html

aida tour said...

Terima kasih sudah berbagi informasi yang sangat baik ini.. Salam kenal